Daftar Isi

Selasa, 14 Maret 2017

#aliran rasa #melatih kemandirian #kulwapbunsayiip

#aliran rasa

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Ternyata melatih anak untuk mandiri itu harus dibiasakan sejak kecil. Setidaknya kita sebagai orangtua harus rajin memberi contoh dengan cinta bukan dengan paksaan. Kemandiriannya dimulai dari hati artinya sang anak dilatih untuk disadarkan atau dididik supaya latihan Kemandiriannya betul-betul dari hati BUKAN karena takut dimarahi orangtua, bukan karena takut tidak dikasih jajan atau iming-iming lainnya.

Ada perbedaan antara kemandirian dua anak saya Abang dan Ade serta tiga kakaknya. Aa, kaka dan teteh memang sudah mandiri sejak kecil. Almarhum mendidik mereka untuk mandiri tapi dengan pola asuh yang salah. Pola yang digunakannya adalah pola yang digunakan nenek moyang, pola asuh jadul. Pola asuh dengan paksaan dan ancaman, bukan dengan pola asuh yang seperti saya lakukan sekarang. Dulu kami belum banyak tahu tentang parenting. Semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa yang kami lakukan pada anak-anak.

Hasilnya jauh sekali, Aa, kaka dan teteh, bisa mandiri ketika ada ayahnya saja. Mungkin karena takut. Sekarang sudah tidak ada mereka justru tidak mandiri. Dalam beberapa hal tentunya.

Saya introsfeksi, mereka seperti itu karena kami melatihnya dengan paksaan bukan dengan cinta dan bimbingan. Mereka begitu karena cara mendidik kami terlalu keras, kami ingin menggegas anak supaya lekas bisa. Kami tak peduli prosesnya menyenangkan atau tidak, kami hanya ingin mereka bisa. Kami memang orangtua yang egois. Kamipun hanya menjejali anak dengan ilmu dan informasi tanpa menggali apa sebenarnya potensi dan bakat yang anak miliki.

Sekarang…

Menangislah saya,

Menangis dalam kesendirian tanpa ada bahu kekar yang siap menerima tumpahan airmata saya. Menangis dalam kesunyian…

Introsfeksi diri,

Merenung,

Mengadu sama sang Khalik,

Meminta maaf atas semua kekeliruan dalam mendidik anak.

Alhamdulillah,

Ada secercah cahaya yang Allah berikan. Berupa ilmu pengetahuan dan bimbingan dari para pakar pendidikan dan parenting di komunitas yang saya ikuti seperti IIP dan group HeBat.

Syukurku tiada tara,

Motto saya sekarang

It’s never too late to forgive and forget.

Merancang kembali ketertinggalan dan kekeliruan dalam mendidik lima buah hati sendiri.

I am a single fighter

And I can!

*Untuk 5 yatimku, maafkan Mama yang belum bisa mendidik kalian dengan baik.

Cianjur, 15 Maret 2017

Selasa, 07 Maret 2017

#hari ke 12 #melatihkemandirian

#hari ke 12

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Perkembangan kemandirian Abang sudah ada kemajuan. Abang berani tidur tanpa ditemani saya lagi. Padahal rencananya melatih Abang tidur sendiri baru minggu depan hehe.

Minggu ini sebenarnya masih melatih Abang untuk bisa menyimpan dan merapihkan pakaian serta sepatu sendiri. Sudah berjalan hampir empat hari. Abang masih belum mau merapihkan pakaiannya sendiri. Kalau sepatu Alhamdulillah walaupun masih angin-anginan. Kadang mau kadang tidak.

“Abang hati-hati nyimpen bajunya, nanti kusut”

Abang tak faham.

“Abang tolong digantung seragamnya ya, kan besok dipakai lagi”

“Sama Mama aja”

“Kenapa?”

“Abang gak bisa!”

“Ayo sama mama bareng-bareng!”

Awalnya sih iya, Abang melipat atau menggantung pakaiannya, tapi...bruk! Abang menyimpannya tidak pada tempatnya. Akhirnya baju Abang tetap kusuttt…

Hemmm…

Alhamdulillah Kalau Ade sudah mulai mau berlatih menyimpan dan merapihkan alat tulis sendiri

#hari11#melatihkemandirian #kulwapbunsayiip

#hari 11

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Tarik nafas dalam...banget!

Sudah dua hari melatih Abang untuk mengambil dan merapihkan pakaian serta sepatu sendiri belum ada hasilnya. Setiap saat Abang mau menggunakan pakaian selalu saya ingatkan. Mungkin komunikasinya masih gaya lama. Nada menerintah, harus diisnstrospeksi nih!

Masih ada waktu, belum terlambat. Saya akan terus berusaha.  Setiap hari sampai Abang bisa.

Rasa kecewaku pada Abang terobati oleh kemajuan Ade. Selama dua hari dilatih ada kemajuan. Ade sudah mau mengambil dan merapihkan alat tulisnya baik di rumah maupun ketika di sekolah. Bahkan Ade suka marah jika saya ikut membantunya.

Sabtu, 04 Maret 2017

#hari10 #melatih kemandirian

#hari ke 10

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Ade menangis karena baju yang dicarinya tidak ada. Ternyata masih basah di jemuran. Ade maksa mau pakai baju itu. Hemmm...anak-anak selalu begitu, kalau udah mau pakai baju yang itu suka keukeuh.

Baju Ade memang tinggal sedikit karena sudah pada sempit akhirnya diberikan pada orang lain. Saya rayu Abang supaya mau memberikan bajunya yang sudah kekecilan untuk Ade. Tapi Abang menolak. Abang hanya mau meminjamkan. Moment ini saya gunakan untuk melatih mereka merapihkan baju.

“Lihat! Baju Ade ada berapa lagi?” Ade dan Abang antusian menghitung bajunya

“ ahhh ...baju Ade cuma sedikit!”

“Engga apa-apa nanti berdoa sama Allah minta diberi baju baru, ya!” Ade mengangguk senang.

“Abang donk paling banyak bajunya!”

“Tapi belum rapih ya, ayo kita rapihkan!” Abang melipat kembali baju-baju yang berantakan. Setiap mengambil baju Abang selalu mengacaknya.

“Nanti kalau ambil baju begini caranya…” Saya memberi contoh. Abang memperhatikan

“Gampang, kan?” Abang tersenyum.

“Kalau diacak nanti bajunya kusut lagi”

Abang tertawa. Ade sibuk dengan lemarinya. Kalau urusan penampilan Ade lebih peduli daripada Abang.

Sore hari Ade mencari pensilnya. Pensil kesayangan pemberian dari bibinya.

“Ma, pensil Ade mana?”

“Mama engga lihat sayang”

“Atuh dimana? Ade mau menebalkan!”

“Ade tadi nyimpen dimana?”

“Gak tau!”

Kesempatan emas untuk melatihnya merapihkan alat tulis.

“Boleh mama bantu?”

“Ya…”

Kami sibuk berdua mencari pensil berwarna pink itu. Di tiap tempat pensil, di kotak mainan, di tumpukan buku. Belum ketemu juga. Ternyata, ada di kolong lemari buku.

“Capek ya nyari pensilnya”

Ade mengangguk wajahnya senang karena pensil kesayangannya sudah ketemu.

“Alat tulis Ade ada di tas, gak?”

“Gak tau…”

“Ayo kita kumpulkan dan simpan di tas!”

Kami berdua sibuk mencari semua alat tulis Ade dan menyimpannya di tas.

“Besok kalau habis belajar simpen lagi di tas, ok!” Ade hanya tersenyum.

#hari ke9

#hari ke 9

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Hari pertama melatih Abang mengambil dan merapikan baju serta sepatu sendiri. Abang sudah saya ajak bicara baik-baik. Namun hasilnya masih belum sesuai harapan.

Ketika sehabis mandi Abang minta diantar mengambil baju di lemarinya saya menolaknya dengan halus. Kebetulan saya sedang cuci piring. Abang nampak kecewa Karena biasanya saya menuruti untuk mengantarnya mengambil baju bahkan menyiapkannya.

“Diatas ada siapa, Ma?”

“Ada Teteh”

“Ayo, Ma anter!” Abang jadi penakut sejak keluar dari pesantren. Kadang saya juga bingung kenapa Abang jadi takut naik keatas sendiri.

“Ade mana?”

“Ade, anter yuk, ambil baju!” teriaknya

Adepun mengikuti Abangnya.

Saya biarkan mereka berdua. Terdengar ribut-ribut diatas. Rupanya Teteh memarahi Abang yang mengacak-acak pakaian yang belum disetrika. Terpaksa saya harus melerai karena Abang menangis.

“Abang mau pakai baju yang mana?”

“Yang dari uwa”

“Ada di lemari gak?”

“Gak ada!”

“Ayo kita cari!”

Kamipun mencarinya berdua. Setelah ketemu Abang minta tolong setrikain bajunya.

“Abang kita belajar setrika baju, yuk!” ajak saya.

“Gak mau, takut!”

“Sini sama Ade aja!” Ade merebut baju dari tangan saya. Alhamdulillah Ade bisa menyetrika baju Abang sampai rapih dengan pengawasan saya.

“Ayo, kita rapihkan bajunya!”

“Gak mau! Abang mau main!”

“Jangan dulu main sebelum beresin baju!” saya sedikit emosi. Komprod mulai gagal nih!

Abang merapihkan baju di lemarinya asal-asalan. Baju yg belum disetrika dimasukin keranjang dibantu Ade. Abang merasa terpaksa melakukannya. Kemudian pergi bermain.

Hari ini Ade masih belum mau merapihkan alat tulis dan sepatunya. Emaknya mesti lebih sabar melatihnya.

Sabar….

Kamis, 02 Maret 2017

#hari ke 8 #kemandirian #IIP lanjutkan!

#hari ke 8

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Sebelum lanjut melatih kemandirian di bidang lain. Saya harus introspeksi diri dulu. Apakah saya melatih Abang dan Ade dengan ikhlas?, Apakah komunikasi yang saya lakukan dengan mereka   sudah produktif? Apakah mereka merasa terpaksa dan tertekan? Tarik nafas dulu dalam-dalam.

Setelah 7 hari melatih Abang untuk mengambil makan dan minum serta merapihkan alat makan sendiri Alhamdulillah walaupun masih harus dengan pengawasan bukan bantuan Abang sudah mau melakukannya tiap waktu makan dan minum.

Hari ke 8 akan saya lanjut dengan merapihkan pakaian, sepatu/sendal sendiri. Abang biasanya masih minta diambilkan baju dan sepatu dan juga belum mau merapihkannya kembali.

Bersyukur juga selama 7 hari dilatih tanpa kesulitan yang berarti Ade sudah mau membersihkan diri sehabis bab/pup serta menyiram kloset sampai bersih. Pipis dan mandi sendiri sudah bisa sejak usia 4 tahun.

Hari ke 8 akan melatih Ade untuk menyiapkan alat sekolah serta merapihkannya sendiri.

Semoga 7 hari kedepan bisa lancar jaya, Aamiin!

Rabu, 01 Maret 2017

Ketika Ade Sakit Perut

#hari ke 7

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Seharian Ade sakit perut. Sejak sore hari Ade bulak balik kamar mandi. Saya fokuskan perhatian pada Ade. Takutnya sakit perut Ade parah dan harus dikonsultasikan ke dokter.

Sejak habis asar dia ke kamar mandi. Tidak ada teriakan minta tolong, saya lega karena Ade sudah bisa cebok sendiri sampai bersih dan pakai sabun, serta menyiram kloset sampai bersih. Bahagia rasanya.

Tengah malam Ade bangun dan minta dianter ke kamar mandi. Ade mengeluh mulas. Saya anter tapi berusaha untuk tidak membantunya bersih-bersih. Alhamdulillah, bersyukur walaupun kondisi ngantuk Ade tidak rewel. Ade hanya minta ditemani saja.

Saya kasih madu jahe untuk menghilangkan mulasnya. Dibalur minyak bubut di perutnya. Adepun tidur pulas sampai pagi.

Saya tunggu sampai siang Ade tidak pup lagi. Artinya sakit perutnya tidak parah. Sore hari Ade ke kamar mandi. Tanpa diminta sayapun mengikutinya, mengecek ketersediaan air.

Ade hanya minta diambilin sabun dan menyiapkan airnya. Alhamdulillah.

Semoga Ade semakin pintar membersihkan diri tanpa bantuan siapapun, dan semakin terlatih untuk hal yang lainnya Aamiin.

Si Item sahabatku

#hari ke 6

#melatih kemandirian

#kulwapbunsayiip

Bismillah,

Habis baca blognya teh Rizka anggota IIP Cianjur tentang kemandiriannya dalam hal mengutak atik mesin cuci yang rusak. Wahh..kerennn…!! Benar2 emak yang mandiri. Jadi teringat mesin cuci di rumah juga rusak pengeringnya tapi saya gak berani utak atik mesin atau alat elektronik sendiri. Dulu waktu di Bandung pernah diajarin almarhum bebeb cara utak atik peralatan rumah tangga ini, dia memang ahlinya mesin dan listrik karena tugasnya memang berurusan dengan mesin dan listrik. Tetep saya gak bisa, saya takut kesetrum dan lain sebagainya. Tapi kalau mesin jahit jadul si item punyaku oke deh, walaupun pakai dinamo listrik saya berani utak atik sejak gadis diajarin sepupu dan Abah saya, plus bebeb juga ngajarin karena si Item memang penting banget buat saya yang suka menjahit.

Si item pernah ngadat seharian, benang atas tidak nyambung dengan benang bawah, hasil jahitan kadang ngambang kadang kusut. Padahal jahitan baju sedang banyak banget. Kesel..maunya sih dilem biru, dilempar beli yang baru, tapi saya tidak punya tabungan. Ya..sabar dulu deh, si Item kudu diutak atik biar jalannya mulus lagi.

Saya japri teman-teman dan saudara saya yang jago menjahit dan suka utak atik mesin jahit sendiri. Jawabannya sama, kalau masalahnya di benang pasti yang ngaco sekoci, palet atau lapisan bawang (tanduknya) posisi ketiganya ada di dalam mesin.

Sayapun mulai meraba-raba, sambil terus japrian di medsos (FB da WA). Teman-teman di group Taylor Indonesia pun banyak yang memberi masukan. Saya tambah semangat untuk memperbaiki sendiri karena mereka bilang gampang kok!

Berbekal obeng dan tang, saya mulai bongkar mesin jahit. Saya lepaskan dari mejanya, kemudian, dibongkar bagian tempat menyimpan sekocinya. Alhamdulillah gak ada masalah, saya pasang lagi. Dicoba lagi, tetep benang masih gak nyambung.

Saya terus bertanya ke teman-teman, terus nyobain sekoci dan palet. Diganti-ganti dan diputar skrupnya, ealaaaahhhhh! Ternyata ukuran palet tidak sesuai dengan sekocinya. Ukuran palet harus lebih pendek dari sekoci. Akhirnya saya singkirkan palet-palet yang ukurannya lebih tinggi. Dan saya jadi tahu, beda merek palet juga beda ukuran. MEKANIK dadakan ini akhirnya tersenyum sendiri. Ada pengalaman dan ilmu baru yang saya dapatkan, Alhamdulillah!

Semangat!!!

5 lembar kain menanti disulap jadi gamis.